Tiga Negara, Satu Harapan: Meninggalkan Kekacauan, Mengejar Keselamatan
Afghanistan, Somalia, dan Myanmar adalah tiga negara dengan warga yang mengungsi akibat konflik dan ketidakstabilan, berusaha memperoleh suaka di Indonesia. Kisah tentang orang-orang dari Afghanistan, Somalia, dan Myanmar bukan sekadar data. Ini tentang individu yang meninggalkan rumah, pekerjaan, bahkan keluarga demi mencari tempat aman. Mereka tidak sedang melancong; mereka berusaha bertahan hidup.
Ketika langkah mereka membawa mereka ke Indonesia, sebuah pertanyaan muncul: apakah negeri ini hanya tempat menunggu, atau bisa jadi ruang perlindungan sementara? Apa makna suaka dalam konteks kita?
Table of Contents
Konflik yang Tak Pernah Usai

Afghanistan kembali dilanda ketidakpastian sejak Taliban merebut kekuasaan. Banyak warga sipil, terutama perempuan dan minoritas, hidup dalam ketakutan.
Somalia, dengan sejarah panjang konflik dan bencana kemanusiaan, terus kehilangan generasi mudanya yang lari dari kemiskinan dan kekerasan.
Myanmar, pascakudeta militer, makin keras terhadap kebebasan sipil. Etnis Rohingya menjadi simbol penderitaan pengungsi tanpa kewarganegaraan.
Mengapa Indonesia Jadi Tujuan?
Indonesia sering dipilih karena:
- Lokasi strategis di jalur pelarian Asia Selatan
- Tidak adanya tindakan pendeportasian agresif
- Kehadiran lembaga seperti UNHCR dan IOM
- Tersedianya komunitas diaspora sebagai jejaring informal
Namun, bukan berarti tinggal di Indonesia mudah.
Memahami Suaka: Antara Hukum dan Realita
Suaka secara definisi adalah hak untuk tidak dikembalikan ke negara asal karena risiko penganiayaan. Tapi di Indonesia:
- Belum ada hukum nasional tentang pengungsi
- Status hanya didasarkan pada penilaian UNHCR
- Tidak tersedia jalur hukum formal untuk menetapkan pengungsi secara legal
Akibatnya, pencari suaka berada dalam posisi yang menggantung.
Mengapa Indonesia Jadi Tujuan?
Banyak pengungsi dari Afghanistan, Somalia, dan Myanmar melihat Indonesia sebagai tempat persinggahan yang aman, meskipun bersifat sementara. Ada sejumlah faktor yang membuat Indonesia menjadi salah satu destinasi utama bagi pencari suaka:
- Letak geografis yang strategis: Indonesia berada di jalur laut yang relatif mudah dijangkau dari Asia Selatan dan Asia Tenggara, terutama melalui perairan Aceh dan Sumatera.
- Kebijakan yang tidak represif: Meskipun belum meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951, Indonesia tidak memiliki kebijakan deportasi agresif terhadap pengungsi, sehingga mereka merasa lebih aman.
- Kehadiran lembaga internasional: Organisasi seperti UNHCR dan IOM memiliki kantor di berbagai kota besar di Indonesia, memberikan bantuan dasar dan proses identifikasi status pengungsi.
- Jejaring diaspora: Di kota-kota seperti Jakarta, Medan, dan Makassar, komunitas pengungsi dari ketiga negara tersebut sudah terbentuk sebelumnya, mempermudah proses adaptasi awal.
- Citra Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia: Bagi sebagian pengungsi dari negara mayoritas Muslim, Indonesia dipandang lebih ramah secara budaya dan keagamaan.
Namun, bukan berarti tinggal di Indonesia mudah. Banyak dari mereka terpaksa hidup dalam keterbatasan ekonomi, sosial, dan hukum, tanpa tahu kapan bisa keluar dari status ‘sementara’ tersebut.
Sehari-hari yang Penuh Ketidakpastian
Di Medan, Jakarta, dan Aceh, banyak pencari suaka hidup berdesakan. Tanpa izin kerja, mereka bergantung pada sumbangan. Anak-anak mereka tidak bisa mengakses pendidikan resmi. Layanan kesehatan pun hanya sebatas darurat.
Sebagian besar tinggal bertahun-tahun tanpa kejelasan. Mereka tidak bisa kembali, dan belum bisa pergi.
Suara Mereka, Bukan Angka
“Saya pernah punya toko sendiri di Mogadishu. Kini saya mengantre bantuan tiap minggu.” – Yusuf, Somalia
“Anak saya belum pernah ke sekolah. Hidupnya hanya tahu kamar dan antrean makanan.” – Laila, Myanmar
“Di Kabul saya diawasi, di sini saya seperti hilang dari sistem.” – Farid, Afghanistan
Apa yang Bisa Diperbaiki?
Beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Atur sistem identifikasi dasar agar pencari suaka memiliki hak legal sementara
- Sediakan program keterampilan yang memungkinkan mereka produktif
- Libatkan komunitas lokal untuk menciptakan ruang saling pengertian
- Dorong dukungan diplomatik ke negara ketiga yang bisa menerima relokasi
Tanggung Jawab Bersama
Memberi suaka bukan beban, tapi bukti bahwa sebuah bangsa tidak menutup mata. Indonesia tidak sendiri dalam tantangan ini. Tapi sebagai salah satu negara besar di ASEAN, Indonesia dapat memulai inisiatif regional yang lebih manusiawi.
Langkah kecil seperti membuka ruang dialog, menyediakan layanan dasar, dan memfasilitasi pendidikan alternatif bisa mengubah nasib ribuan jiwa.
Penutup: Dari Transit Menuju Keamanan
Bagi banyak orang dari Afghanistan, Somalia, dan Myanmar, Indonesia adalah titik henti terakhir. Di sinilah harapan dan kenyataan beradu.
Apakah kita akan menjadi bagian dari cerita kebaikan mereka? Ataukah hanya menjadi latar yang mereka tinggalkan dalam pelarian panjang?
1 Panduan Lengkap Sistem Suaka: Dari Krisis Hingga Perlindungan yang Bermartabat
Leave a Reply